Halaman

KETIKA SHOLAT JADI BEGITU ASYIK

0 komentar


Beberapa hari ini saya berada di Kota Siak Sri Indra Pura, sebuah Bandar baru yang mulai berkembang semanjak Otonomi daerah dan ketika setelah menjadi kabupaten. Sebuah Jembatan yang sangat megah membelah sungai Siak seakan menjadi pertanda begitu bersemangatnya masyarakat di sini untuk berlomba dengan daerah lain untuk maju.

Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke Istana Kerajaan Siak yang megah menandakan bahwa kota ini dulu nya pernah menjadi sebuah kota besar dulunya. Dimana raja Kecik raja keturunan Sultan Johor yang dibesarkan oleh Kerajaan Pagaruyung, mempersiapkan kekuatannya menyerang Johor pada tahun 1717. Kota ini sarat dengan nilai - nilai sejarah melayu tapi sayang tidak begitu dinilai sebagai kekayaan sejarah yang begitu membanggakan seharusnya.

Perjalanan saya lanjutkan ke Makam Raja Kecik di daerah Desa Buantan Besar, seorang tetua penjaga makam yang telah mengabdi kepada Sultan secara turun temurun menyambut kami dengan antusias tentang kebesaran Kerajaan Ini pada dulunya. Sebuah kolam dipinggir sungai siak yang dinamai “KOLAM HIJAU” membawa saya untuk berimajinasi bahwa disitu ada adalah gelanggang tempat Pendekar – pendekar malayu beradu kesaktian sampai mati, dan mencuci jasad dan kerisnya di kolam tersebut, hingga kononnya air kolamnya berubah berwarna hijau. Dan masih menurut pak Antan penjaga Makam bahwa kata Siak itu sebenarnya berasal dari bahasa Minang kabau yang berarti orang Alim yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk memelihara dan menjaga mesjid.

Ketika saya melewati Masjid Islamic Centre, Masjid terbesar di kota ini. Tiba – tiba hati saya tergerak untuk kembali melakukan sholat Zuhur. Kenyamanan masjid ini memang luar biasa. Saya sebenarnya sudah beberapa kali sholat di masjid ini, tapi kemerduan suara Imamnya memang sangat melekat dihati saya.

Suatu hal yang tidak pernah terpikir oleh saya sebelumnya, dan hal ini sangat mengherankan saya, ada perasaan yang berbeda kali ini. sebuah perasaan senang dan bergairah saya rasakan ketika saya melakukan sholat zuhur disini kali ini. Dan membuat saya berfikir, inikah sebenarnya motivasi paling hebat dalam sholat ?, ketika sholat adalah perasaan tenang dan bahagia ketika kita menghadap Khalik. Seperti inikah sholat Muhammad? perasaan inikan yang dipeliharan Rabi’ah Adawiyah (seorang sufi perempuan) ketika sholat?

Seharusnya inilah motivasi setiap kita untuk melakukan sholat. Bukan karena takut dosa meninggalkannya atau takut mendapat musibah, atau takut tidak dikabulkannya keinginan dan doa kita atau sholat karena ditegur orangtua teman atau anak kita sendiri. Tapi sayangnya takutlah yang menjadi motivasi sholat saya selama ini.

Nah, kenapa selama ini perasaan itu tidak pernah muncul ?, bukankan saya sholat sudah dari kecil, saya sholat di mesjid ini juga sudah belasan kali, cara sholat saya juga tidak ada yang berubah. Jadi kenapa sholat yang satu ini jadi begitu membekas ? Jawabannya, ketika terdengar suara azan, saya menyambut sholat itu dengan gembira, itulah makna “assholatu ‘ala waqqtiha” sholatlah diawal waktu.

_________________________________________



SIAK SRI INDRAPURA

23 November 2011

Posting Komentar

JEJAK HIDUP